Dulu, bila kita berdialog bisnis hingga posisi toko, tempat kantor dan stok benda jadi komponen sangat berarti. Tetapi, nampaknya perihal tersebut berbeda 180 derajat bila kita berdialog media sosial buat bisnis hari ini.

Betapa banyak orang yang mengandalkan pemasukan cuma dari channel- channel sosial media( facebook, instagram, youtube). Mulai dari jenis seleb, produk kreatif, kuliner, sampai jasa buzzer laris manis terjual dengan bisnis model yang sama sekali baru.

Disadari ataupun tidak, model bisnis dropshipping, pre- order, same- day delivery serta pola- pola bisnis sejenis yang terus tumbuh membuat kebutuhan hendak sewa ruko, kantor, stok benda jadi kurang relevan.

Persoalan berikutnya, kemudian gimana metode kita bila mau mengawali bisnis di sosial media ini? Tadinya, berikut sebagian konsep dasar yang wajib kita pahami.

1. Social Media, New Kind of Interaction robot bisnis

Bila Kamu telah membaca postingan menimpa tren masa depan mobile website, kita dapat memandang kalau anak muda saat ini sangat banyak menghabiskan waktu di depan Hp dibanding media yang lain.

Instan, seluruh keperluan anak muda nyaris seluruhnya telah mulai dipadati oleh apa- apa yang terdapat dalam device mereka.

Contoh simpel merupakan aplikasi chat Line, yang di Cina telah mulai mencakup guna e- commerce. Mereka merilis chatbot yang mengendalikan seluruh tipe transaksi mulai dari pembelian pulsa, pembayaran listrik hingga pembelian baju, sepatu, dan keperluan yang lain.

Ini merupakan salah satu tanda- tanda, kalau media sosial ke depan tidak cuma digunakan buat berhubungan tetapi pula jadi sumber peredaran duit.

Dari introduksi ini, kayaknya kita telah wajib siuman berartinya mempunyai channel media sosial selaku langkah dini implementasi ilham bisnis kita.

2. Fokus pada Satu Channel

Ya, Fokus dalam permasalahan ini merupakan koentji. Tidak tidak sering aku memandang Pebisnis pendatang baru yang membuat akun bisnis di seluruh tipe media sosial.

Meski itu seluruh gratisan, yakinlah hendak banyak tenaga bisnis yang terbuang percuma cuma buat mengurus media sosial tersebut.

Contoh sederhananya, katakanlah suatu UKM mempunyai 4 akun media sosial mainstream semacam Youtube, Facebook, Instagram, serta Twitter. Bila dalam 1 bulan mereka cuma membuat 2 posting di tiap- tiap media tersebut, apakah terdapat orang yang tertarik menjajaki akun medsos Kamu?

Bandingkan bila ke- delapan posting tersebut cuma terdapat pada satu akun, terbuat secara spesial cocok tipe audience di media Kamu. Pasti hasilnya hendak berbeda bukan?

3. Content is the King, But Context is the Queen

Dalam mem- follow ataupun menjajaki satu akun, orang wajib memiliki alibi kokoh mengapa mereka wajib menjajaki akun tersebut. Oleh karenanya ini tidaklah perihal yang gampang.

Tidak hanya konsistensi, diperlukan pula konten yang berisi dan relevan dengan kebutuhan para follower Kamu. Bila dari posting saja Kamu cuma memiliki 2 kabar dalam sebulan, kira- kira siapa yang berminat jadi follower Kamu?

Juga jika kita bercermin dari para seleb sosial media, rerata mereka- pun populer awal mulanya cuma dari satu channel media sosial yang mereka miliki.

Misal, Mba Awkarin, yang awal mulanya populer cuma dari akun Ask. fm, ataupun Bang Jonru, jadi blogger bertahun- tahun tetapi kesimpulannya viral dari Page Facebook, Ria Ricis juga, saat sebelum banyak monetisasi via YouTube, memulai karir di channel Instagram- nya.

Dari mari telah terbayang kan, gimana berartinya fokus dalam pengembangan satu channel media sosial saja?

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *